Sabtu, 05 Juni 2010

Pembeli Hanya Merepotkan!!

Pembeli adalah raja? tampaknya pameo itu sudah usang di zaman ini. Yang benar adalah "pembeli hanya merepotkan", seperti cerita pembuat hok lo pan di novel Maryamah Karpov karangan Andrea Hirata. Memang bisa dimengerti sikap penjual tersebut, tetapi tetap saja membuat jengkel.

Ceritanya dalam kurun waktu sepekan ini sudah beberapa kali saya dikecewakan oleh sikap penjual makanan. Kejadian pertama adalah pada hari rabu 2 Juni 2010 di warung nasi "Sederhana", Kalimangso, Jurangmangu Timur (kawasan pada mahasiswa STAN). Di kalangan mahasiswa warung ini lebih terkenal dengan sebutan 'Warung Bu Bor', alias Bu Boros. Entah bagaimana awalnya disebut begitu, tetapi memang sejak saya kuliah D3 dulu harga di warung ini lebih tinggi dari rata-rata warung di Kalimangso, sehingga bila rajin berkunjung ke sana bisa dipastikan terjadi pemborosan uang saku.

Siang itu saya hendak membeli sayur dan lauk saja, karena di rumah sudah tersedia nasi.
Hal ini biasa saya lakukan tetapi memang di Bu Bor baru sekali itu. Singkat cerita setelah antri sebentar tibalah giliran saya bertransaksi.

"Mas-e?" kata pelayan kepada saya. Maksudnya menanyakan apa pesanan saya, dia sudah siap dengan food wrapper kertas coklat yang siap membungkus sembari menciduk nasi. "Beli sayurnya aja mas", jawab saya sambil melirik deretan sayur di etalase. Lumayan banyak, ada sayur kacang, orek tempe, ayam, ikan, kangkung, acar sunda (ada lagi tetapi saya lupa apa saja). "Wah, gak jualan sayur mas", kata pelayan tadi sambil tersenyum. Saya kaget, spontan saya protes "lho ini kan ada?", karena memang dalam sepersekian detik di pikiran saya terlintas bahwa pelayan tadi berkata seperti itu karena mengira sayurnya habis.

"Kita gak jualan sayur mas... Kalo nasinya banyak, sayurnya sedikit.." kata Bu Bor sang maestro menimpali dari belakang pelayan tersebut. Nadanya agak tinggi gimana gitu, tidak enak didengar. Saya langsung malas berargumentasi dan hanya meninggalkan warung setelah berkata, "kok gak boleh sih!" dan ditambah dalam hati, "warung macam apa nih!" hehehe... akhirnya saya kembali dan membeli sayur di warung lain.

Kejadian kedua adalah saat saya dalam perjalanan menuju kampung halaman dengan kereta api Sawunggalih Utama dari Pasarsenen tujuan Kutoarjo, keesokan harinya. Kebetulan waktu itu istri saya ingin membuat kopi -- sebuah kopi pracampuran herbal gitu-- tetapi kami tidak membawa bekal air panas. Karena di atas kereta memang hanya ada petugas dari Reska (restoran KA), maka saya bermaksud membeli segelas air panas kepada salah satu petugas yang lewat.

"Pak, ada air panas?" tanya saya. Petugas tadi kok mengernyitkan dahi dan malah bertanya balik, "air panas saja pak?"
"iya", jawab saya. Kata petugas, "beli yang lain dong pak, masak cuma air panas. Bapak aja lah yang ambil ke sana!" tukasnya sambil memberi isyarat arah gerbong makan dengan kepalanya. "oh, ya udah." kata saya, malas meneruskan pembicaraan.

Saya dan istri hanya geleng-geleng kepala karena kejadian tadi. Kata istri saya, mungkin kurang jelas bilangnya, dikira petugas tadi hanya meminta saja bukan membeli. Benar saja, saat ada petugas lain lewat dan saya tanya, "Pak, BELI air panas bisa?" petugas tersebut menjawab, "Bisa bisa pak, pake gelas saja ya pak?". "ya, boleh satu gelas saja pak, terimakasih", jawab saya. Tak berapa lama pesanan air panas datang dan saya bayar dengan agak mahal sebagai bentuk apresiasi atas pelayanan petugas tersebut.

Satu lagi kejadian yang saya alami dua hari selang perjalanan kereta tadi yaitu di warung Bakso Pak Jenggot di kawasan jalan raya Prembun. Agak beda sih ceritanya, setelah memesan bakso saya dan istri memesan 2 es jeruk kepada seorang pelayan. Tepatnya, kepada pak Jenggot sendiri hla beliau yang menanyakan setelah kami duduk mau minum apa.

Tak berapa lama seorang pelayan (kami tahu namanya sebut saja W) mendekati meja kami dan menanyakan mau pesan minuman apa. Saya jawab, "es jeruk 2, tadi sudah pesan kok" dan dia pun berlalu. Singkat cerita bakso sudah hampir habis dan agak kepedesan tetapi kok pesanan minuman belum datang. Saya tengok ke bagian minuman pak Jenggot ternyata menghilang entah kemana, barangkali dia lupa. Sementara pelayan W sudah sibuk membuatkan pesanan pelanggan lain yang datang belakangan. Tak kurang akal kami memesan lagi kali ini kepada ibu Jenggot yang lewat. "Bu, es teh 2 ya!". Ibu tersebut pun menjawab "(iya), es teh?" saya mengangguk saja.

Tak berapa lama pelanggan datang dan bu Jenggot dengan santainya meracik bakso untuk mereka, weeiiittss mana es teh kami? Yah barangkali lupa lagi (mending tidak menghilang). Karena bakso sudah habis dan rasa haus maka akhirnya saya ambil minuman botol di kulkas. Saat membayar ternyata ketahuan harga minuman botol itu lebih mahal daripada es teh padahal kami lebih suka es teh asli dengan sensasi mengaduk-aduk gula pasir itu lho. Dan yang sangat menyesakkan adalah sang penjual tidak ada inisiatif meminta maaf atau mengklarifikasi mengapa pesanan kami tidak datang-datang ( yaa mungkin jeruknya harus metik dulu atau gimana) bahkan senyum juga tiddak. Ah, saya jadi males ke sana lagi (untuk hari ini, hehehe... ya iya lah).

Itulah beberapa kejadian yang saya dan istri alami beberapa hari ini. Walaupun berbeda-beda tetapi core-nya sama saja : intinya adalah pelecehan terhadap konsumen. Seolah olah konsumen datang ke situ dengan meminta-minta dan memelas, bukan dengan terhormat dan membayar sesuai tarif. Bahkan lebih parah seolah konsumen adalah makhluk gaib karena tidak terlihat sehingga tidak dapat diberi senyuman atau berkomunikasi sepantasnya sebagai manusia.

Satu lagi bahwa ternyata ketiga cerita tersebut tokohnya dalah pemegang monopoli minoritas dagangannya di kawasan masing-masing. Bu Bor sudah punya kelas tersendiri di Kalimangso. Reska, sejak pedagang asongan diharamkan naik kereta maka dia menjadi pemegang penjualan makanan utama di perjalanan kereta api. Pak Jenggot adalah warung bakso legendaris yang tiada tandingannya di jalan raya Prembun. Walaupun dengan sekuat tenaga saya mencoba menghapus prasangka buruk, tetapi tetap ada sebuah prasangka yang menjadi stigma di otak : mentang-mentang udah laris jadi sok!!

Sungguh tiada maksud mendiskreditkan pihak pihak tertentu khususnya para penjual makanan di dalam tulisan ini. Saya hanya mencoba memotretnya dari sudut pandang saya saja sebagai konsumen yang merasa (agak) dirugikan oleh sikap penjual yang tidak terpuji. Untuk yang berperan sebagai penjual; tolong tunjukkan empati dan profesionalisme anda. Pembeli datang bukan dengan meminta minta, tetapi membayar sehingga wajar anda layani dengan baik. Tempatkan diri anda bila di posisi konsumen tadi, apakah anda terima diperlakukan tidak terpuji seperti itu? Memanusiakan manusia, lah, istilah kerennya.

Kepada segenap konsumen Indonesia (halah, lebay), yuk lebih selektif dalam memilih tempat anda berbelanja. Jangan jadikan ketergantungan anda terhadap salah satu merk atau tempat membuat anda menutup mata, perlakuan penjual apapun anda terima mentah mentah. Tidak. Anda punya hak sebagai konsumen. Cara paling sederhana, tinggalkan, tidak usah beli di situ lagi. Cara lain bisa meminta bantuan hukum. Semua terletak di tangan anda, silakan memilih.

Akhirnya semoga tulisan ini bermanfaat bagi anda semua. Kritik dan saran tetap saya tunggu. Terutama bagi yang ingin sharing pengalaman, minimal dengan sharing anda sudah mengurangi beban pikiran anda. Semoga

Prembun, Juni 2010

kang A Se

Jumat, 04 Juni 2010

Black Monday

Tragedi Freedom Flotilla (arti harfiahnya : armada kecil kebebasan) yang menewaskan dan melukai aktivis kemanusiaan sangat menyesakkan dada kita semua. Mencoba bicara terlepas dari Israel dalam pandangan kajian Islam, saya mengajak semua orang sekedar sebagai manusia, apapun agama Anda, untuk sekedar (lagi lagi sekedar) menyadari bahwa Israel adalah salah dan pelaku kejahatan. Mungkin bagi Anda ada keraguan-keraguan yang terlontar setelah membaca media massa, atau menonton tv yang kadanag tidak berpihak kepada Palestina. Tapi saya punya jawabannya kok.

Untuk yang muslim mungkin berpikir mengapa harus membantu mereka. Anda bagaimana, wong sudah jelas dalam Islam selain ada kewajiban terhadap sesama muslim, juga ada hak-hak non-muslim dan makhluk lain yang menjadi kewajiban kita untuk memenuhinya,nah kebayang kan kalo kita aja disuruh (misalnya) mematuhi adab-adab menyembelih ayam, lalu bagaimana dengan membela hidup sesama manusia khususnya di daerah konflik tersebut.



Kemudian ada lagi yang berpikiran ngapain sih repot mikirn hal itu, masalah di dalam negeri saja masih banyak, kemiskinan, kelaparan, dan sebagainya. "Mbok ya urus dulu masalah dalam negeri, baru bantu luar begeri", kira-kira seperti itu mikirnya. Jawabannya adalah; hey bung, anda berpikiran picik. UUD negara kita jelas menyuratkan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. (maksudnya udah tau kan? apa perlu dijelasin lagi bahwa Israel itu menjajah PAlestin?). RI pun meratifikasi pernyataan HAM, dan berbagai hukum internasional 'yang baik-baik' semua diratifikasi. Harusnya dipatuhi dong. Cuman saya nggak enak kalo menuduh bahwa sikap diam atas penjajahan ini adalah pembangkangan terhadap UUD.. terlalu jauh kali ya.

Kemudian politik luar negeri RI adalah bebas aktif. Bebas iya (yaa walopun tau sendiri lah agak-agak condong ke mana), aktifnya itu (dalam masalah Palestina) masih agak kurang, hehe. Trus, jangan salah bro, Indonesia kalo pas proklamasi gak ada pengakuan negara lain (setau saya yang pertama mengakui kedaulatan adalah negara Mesir), gak akan pernah didengar nih negara di dunia internasional. Trus jangan salah lagi, Palestina saja yang krisis begitu ikut memberi bantuan kok ke Aceh saat Tsunami desember 2004. Jadi, masih mikir secara egois, dalam negeri dulu?? (which means gak akan selesai sampai kiamat, namanya negara kan adaa aja masalahnya) mending cari negara lain aja....

Pikiran lain adalah relawan yang berangkat ke sana kan tanpa izin pemerintah, jadi ngapain pemerintah 'repot' mengupayakan agar mereka kembali. Lhah wong mereka juga gak mau pulang kok. Ngapain coba...??

Nah jawabannya, kembali ke UUD dasar negara kita yang dalam pembukaannya memuat tujuan nasional yang salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia. Selama mereka masih berstatus WNI, di manapun di belahan dunia ini harus dilindungi, tanpa syarat apapun. Bayangkan, wong yang 'teroris' Hambali aja di Amerika sono masih diupayakan untuk dipulangkan dan diadili di Indonesia, ya apalagi yang relawan ini. Cukup jelas yaa...

Banyak lagi pikiran-likiran nyeleneh lain yang kelihatannya brilian tetapi ternyata (menurut saya) sangat hedonis dan materialistis ; ujung ujungnya duit... Padahal para pendiri bangsa ini tidak mendirikan negara dengan duit tetapi keringat dan air mata, kehormatan dan perjuangan. Hayo jujur aja, keberatan mengurus mereka kaena mahal kan...? hehehe (nuduh.com)

Udah ah demikian tadi uneg-uneg saya, karena setahu saya untuk beramal kita harus berilmu dulu, nah boro-boro mau menuntut ilmu kalo dasarnya aja kita gak yakin. Dalam masalah ini mungkin teman-teman banyak menemui pemikiran pemikiran seperti di atas, saya sudah mencoba membantahnya secara sederhana. Nah sekarang keputusan di tangan rekan-rekan sekalian, masih cuek atau tidak?

Mungkin jawabannya "ya jelas nggak cuek lah, keparat, dsb". OK segala hujatan anda dapat dipahami, tetapi sekarang udah lewat masanya menghujat dan sebagainya, saatnya aksi nyata. Tidak bisa dipungkiri bahwa aksi relawan tersebut, misalnya, adalah bukti bahwa aksi dari pemerintah yang masih kurang memuaskan. Jadi mohon jangan salahkan mereka secara mentah-mentah. Salah satu aksi yang bisa kita lakukan (dan ini sebenarnya sudah lama isunya, hanya muncul secara sporadis kalo ada berita kekejaman isarel seperti kemarin) adalah memboikot produk pro zionis.

Memboikot bukan mengharamkan barangnya, karena mengharamkan yang halal adalah terlarang (maaf bagi yang non muslim kalo gak jelas). Tetapi ini merupakan bentuk perlawanan termudah (kalo tidak dibilang terefektif, bagi saya sih terefektif adalah pengerahan pasukan tempur ke sana dan pemusnahan masal haha...) yang dapat dilakukan, untuk tidak membantu (secara tidak langsung) kejahatan mereka, denagn cara memberi pukulan telak ke kantong mereka.

Secara sederhana, kita menahan diri dari membeli produk pro zonis agar mereka tidak mendapat keuntungan yang oleh mereka digunakan untuk membeli peluru membunuh rakyat PAlestina. Anda mengatakan mungkin itu konyol, silakan, tetapi kenyataannya seperti itu, kok. Anda juga mungkin mengatakan itu tidak efektif. Saya bilang tadi memang tidak efektif karena yang paling efektif adalah menerjunkan pasukan militer kesana dan menghabisi mereka, hehe... Tetapi bila lihat-lihat di internet banyak juga hasil efektif dari boikot ini.

Untuk produk yang diboikot atau gimana dasarnya bisa tanya mas Dian (hlooo...???) atau situs legendaris inminds.co.uk (tapi please, gak usah lebay nanya "trus gimana dunk apa komputer gue musti ganti prosesor? Kebanyakan yang nanya sinis gini tuh gak aksi sama sekali, dan udah tau juga dia bahwa memang beberapa produk susah banget diboikot dan cari alternatifnya, trus ya udah pake aja, gitu, tapi sebagian besar bisa kok)

Maksud saya di sini, mungkin ada yang berpikiran hla wong Pemerintah aja nggak memboikot, ngapain kita memboikot? Nah pola pikirnya adalah seperti maslah relawan tadi. Mungkin dirasakan pemerintah aja gak nyata aksinya, mengapa tidak bergerak sendiri? gitu lho... yaa intinya banyak aksi yang bisa dilakukan lah.

Roda zaman terus berputar, terseret tertatih tatih... (lagunya Ebiet G ade).. Kita mempunyai andil dalam takdir kita sendiri-sendiri, sekarang pilihan ada di tanganmu, apakah andilmu menggoreskan tinta emas atau noda dalam kehidupan. Sadarlah mulai sekarang, dan bergeraklah...

Jurangmangu - Kebumen
Juni 2010

Arif S

Rabu, 12 Mei 2010

Laporan dari RAJ MBM

Mengakhiri kepengurusan Masjid Baitul Maal - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tahun 1430 - 1431 H / 2009-2010, diadakan Rapat Akbar Jamaah (RAJ) pada hari Sabtu (8/5/2010) kemarin. Agenda utama acara tersebut adalah penyampaian LPJ pengurus MBM, tausiyah, dan pemilihan Ketua MBM yang baru.

Acara yang sedianya dimulai pukul 15.30 ba'da shalat Ashar molor hampir satu jam dan baru dimulai pada pukul 16.20. Setelah pembukaan oleh MC dan tilawah, acara dilanjutkan dengan pembacaan executive summary LPJ pengurus MBM oleh Ketua MBM demisioner, pak Wahyu Hermawan. Mengapa LPJ yang disampaikan hanya summary alias ringkasannya saja? Karena waktu yang terbatas dan LPJ yang ratusan lembar dari berbagai bidang yang tidak memungkinkan dibaca semua, tentu saja. Hla kalo dibaca semua dijamin yang baca capek, yang denger bubar, hehe... Pada kesempatan tersebut pak Wahyu memberikan gambaran kerja yang sudah dilakukan oleh MBM, rencana dan realisasinya, serta hambatan-hambatan yang dialami oleh MBM dan sekilas kerja masing-masing bidang. Dari paparan tersebut dapat diketahui antara lain sebagian besar rencana kerja MBM sudah terealisasi dengan berbagai warna-warninya, hambatan-hambatan yang ada antara lain : kurangnya koordinasi internal dan eksternal, serta belum tertibnya administrasi di MBM. Pada kesempatan itu juga pak Wahyu menyampaikan program-program yang selama ini menjadi unggulan masing-masing bidang misalnya Kajian Rutin dan Mabit untuk bidang Dakwah, penerbitan Infomaru, tabloid Insan Kamil untuk bidang Infomed, dan sebagainya.



Setelah penyampaian LPJ sedianya acara dilanjutkan dengan taushiyah oleh ustadz Abu Yasir Kamino dengan tema "Pemuda Pemudi,Ayo Cintai Masjid!". Tetapi ustadz yang saat itu sudah berada di MBM mendadak ditelepon untuk acara yang lain sehingga terpaksa tausiyah dari beliau dibatalkan. Hal ini tidak begitu masalah karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.15, mungkin bila ada tausiyah justru terlalu mepet. Akhirnya acara dilanjutkan dengan pemilihan Ketua MBM yang baru, dipimpin oleh Sekjen MBM demisioner, pak Dani Sugiri.

Pemilihan Ketua di MBM menggunakan mekanisme tim formatur (dewan syuro'). Tim yang terbentuk inilah yang akan menentukan siapa Ketua MBM selanjutnya. Tim formatur yang terbentuk kemarin terdiri dari :
1. Ketua MBM demisioner, pak Wahyu Hermawan
2. Sekjen MBM demisioner, pak Dani Sugiri
3. Kepala Bidang Kaderisasi MBM demisioner, pak Dwi Hary Prasojo
4. Perwakilan tingkat 1, 2, 3, dan D IV (yang D IV pak Bastian Wiandany, yang lainnya saya lupa)
Tim formatur ini mengadakan syuro di ruang sekretariat MBM (sebelumnya diberi waktu 3 menit untuk menerima 'pesanan' dari jamaah, hehe...), sementara di ruang utama acara dilanjutkan dengan penganugerahan MBM Award kepada bidang-bidang dan individual jamaah MBM.

MBM Award kepada bidang-bidang di MBM diberikan sesuai 'prestasi' dan julukan masing-masing bidang, beberapa di antaranya yang saya ingat :
- Bidang Dakwah sebagai bidang tereksis
- Bidang Pendidikan sebagai bidang tercerdas
- Bidang Humas sebagai bidang terluyuran
- Bidang Keputrian sebagai bidang tersembunyi
- Setjen sebagai bidang tersok sibuk
- (lainnya lupa)
Selain kepada bidang-bidang di MBM, MBM Award juga diberikan kepada para jamaah secara individu atas prestasi mereka. Antara lain peraih IP tertinggi, anggota ma'had teraktif, sejenis itu lah... Acara berlangsung meriah dengan hadiah eksklusif yang diberikan (usut punya usut ternyata hadiahnya coklat dan wafer, hehehe...). Saat adzan magrib berkumandang penganugerahan MBM Award selesai sehingga tinggal menyisakan satu agenda lagi yaitu pengumuman Ketua MBM baru oleh tim formatur.

Bakda shalat magrib ketua tim formatur pak Dani Sugiri mengumumkan kepada jamaah ketua MBM yang baru untuk kepengurusan 1431-1432 H / 2010-2011 yang diamanatkan kepada pak Labib Mardiyanzah, mahasiswa D IV semester 7. semoga yang diberi amanat dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah dengan semikian selesai sudah rangkaian acara RAJ MBM 2010.Semoga bermanfaat.

Kamis, 06 Mei 2010

Rapat Akbar Jamaah - MBM 2010

RAJ (Rapat Akbar Jamaah) Masjid Baitul Maal -
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

MBM, sabtu 8 Mei 2010
Pukul 15.30 s.d 17.45

Agenda :
- LPJ Pengurus MBM 2009-2010
-Taushiyah oleh ust. Abu Yasir Kamino
-Pemilihan Ketua MBM yang Baru

Terbuka untuk Umum!
dapatkan souvenir kaos MBM (persediaan terbatas)




6 Tanda Bayi Stres

Tak hanya orang dewasa yang bisa stres, bayi pun mungkin saja mengalaminya. Kenali tanda-tandanya agar cepat dan tepat penanganannya.
Seorang ibu berkeluh kesah karena bayinya yang berusia 11 bulan kini setiap malam selalu rewel. Ia hanya menduga jangan-jangan penyebabnya adalah keputusannya kembali bekerja. "Tapi masa iya sih gara-gara ditinggal ngantor lagi anak saya jadi rewel banget? Padahal selama saya tinggal, dia kan diasuh babysitter berpengalaman yang saya ambil dari sebuah yayasan top," ujarnya.
"Stres pada bayi mungkin saja terjadi. Penyebabnya pun bisa bermacam-macam," kata Dra. Mayke S. Tedjasaputa, M.Si., staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. "Orang tualah yang harus peka dengan memperhatikan perubahan tingkah laku bayinya."
Memang tidak gampang mengenali stres pada bayi, meski tetap bisa dilakukan. "Dikatakan tidak gampang karena bayi masih berkomunikasi dengan cara menangis. Bisa saja orang tua menganggap wajar tangisan anaknya, padahal sebenarnya bayi tersebut sedang stres," papar pengasuh Rubrik Tanya Jawab Psikologi tabloid nakita ini.

Tanda-tanda Bayi Stres :

* Lebih rewel
Bayi menangis memang wajar. Tapi coba perhatikan frekuensi dan intensitas tangisannya. Kalau biasanya selama tidur ia tidak menangis kecuali ngompol atau haus, kini tiap malam jadi rewel. Bila dirasa tidak ada sesuatu yang secara "kasat mata" mengganggunya, bisa jadi ini merupakan tanda si kecil mengalami stres.

* Mimpi buruk
Tanda yang paling mudah dikenali adalah tidurnya terlihat gelisah. Bayi tentu saja belum bisa mengatakan bahwa ia mendapat mimpi buruk. Jadi, orang tualah yang harus mengenalinya. Selain gelisah, bisa jadi ia tiba-tiba terbangun dan menangis tapi bukan karena popoknya basah atau waktunya minum susu.
* Berat badan turun
Tanda lainnya yang harus diwaspadai adalah berat badannya yang menyusut.
* Tidak ceria lagi
Coba perhatikan bagaimana responsnya saat diajak bermain. Bayi-bayi yang mengalami stres, ketika diajak bermain terlihat lebih "dingin" alias tidak seceria biasanya.
* Lebih pendiam
Begitu pula bila diajak berkomunikasi. Bayi terlihat lebih pendiam dan tidak memberikan tanggapan seperti hari-hari sebelumnya.
* Tidak mau lepas
Waspadai juga kalau si kecil jadi tidak mau ditinggal. Yang sudah-sudah, tak masalah kalau ibunya "menghilang" sebentar, tapi kini tidak lagi. Maunya orang tuanya selalu ada di sisinya.

MUNGKIN SAKIT ATAU GENETIK
Banyak faktor yang melatarbelakangi stres pada bayi. Beda penyebab tentu beda pula cara pencegahan serta langkah penanganannya. Apa saja ya?
1. Sakit
Bayi yang sedang sakit mungkin saja mengalami stres. Itu terjadi karena ada sesuatu yang dirasakan tidak nyaman oleh tubuhnya. "Kalau orang dewasa dengan mudah mengeluhkan apa yang dirasakan, bayi belum bisa melakukannya," ungkap Mayke.
Pencegahan:
Tentu saja dengan mengoptimalkan kondisi tubuhnya. Kalau tubuh si kecil sehat tentu penyakit tidak gampang menyerang dan sekaligus menghindarkannya dari stres yang mungkin saja timbul. Itulah mengapa ASI yang mengandung zat kekebalan tubuh alami bagi bayi amat dianjurkan.
Penanganan:
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memberikan pengobatan secara medis dengan membawanya ke dokter. Saat rewel orang tua bisa memeluknya dan menenangkannya. Selain itu, untuk menghiburnya orang tua bisa mengajaknya bermain sesuai dengan kondisi fisik bayi saat itu.
2. Perubahan dari luar
Salah satu contoh perubahan dari luar yang dapat mengganggu fisik bayi adalah perubahan cuaca yang sangat drastis. Misalnya terlalu panas, terlalu dingin, atau sangat panas di malam hari tapi teramat dingin di malam hari. Kondisi tak menentu seperti ini bisa menjadi penyebab stres pada bayi.
Pencegahan
Kalau kondisi tersebut dirasa mengganggu bayinya, orang tua bisa mengantisipasi dengan menyediakan perlengkapan yang diperlukan, seperti jaket, selimut, AC, kipas angin, dan sebagainya.
Penanganan
Saat kondisinya terlalu dingin, orang tua bisa memberikan selimut tambahan. Kalau terlalu gerah bisa memasang kipas angin atau AC. Intinya segera atasi ketidaknyamanan tersebut sebelum berujung menjadi stres.
3. Perawatan tidak nyaman
Perawatan tidak nyaman mungkin saja didapat si kecil karena pergantian pengasuh. Misalnya, sebelum ini si bayi dirawat sendiri oleh ibu dan neneknya, kemudian karena dirasa sudah "pintar", posisi nenek digantikan babysitter. Biasanya ia disuapi neneknya dengan penuh kasih sayang, tapi kini digantikan oleh seseorang yang mungkin sekadar ingin tugasnya segera selesai. Perlakukan seperti ini pun bisa menyebabkan bayi stres.
Pencegahan:
Bayi tidak mungkin mengeluhkan keadaan tersebut. Jadi, tugas orang tualah untuk memastikan apakah si kecil mendapatkan perawatan yang baik dan nyaman atau tidak.
Penanganan:
Kalau memang faktor penyebabnya adalah perawatan pengasuh yang memang tidak nyaman, tidak ada jalan lain kecuali menggantinya. Bayi harus dihindarkan dari orang yang "menyiksanya". Langkah ini lebih baik daripada membiarkannya terus hingga akhirnya si kecil stres. Menjadi tugas orang tua jugalah untuk sekaligus mengembalikan rasa nyaman yang pernah didapat sebelumnya.
4. Perubahan tidak terduga
Seperti ilustrasi di atas, begitu ibu kembali bekerja, bayi pun bisa jadi bermasalah. Intinya adalah situasi yang berbeda dari biasanya yang menyebabkan ia "kehilangan" sesuatu yang membuatnya merasa aman dan nyaman selama ini.
Pencegahan:
Kalau memang diniatkan nantinya ibu kembali bekerja, ada baiknya persiapan dilakukan sedini mungkin. Siapa yang nanti akan mengasuhnya, bagaimana jadwal hariannya, dan sebagainya bisa didiskusikan dan dikenalkan jauh-jauh hari.
Penanganan:
Kalau memang bayi jadi stres karena adanya perubahan situasi yang tidak diduganya, sebaiknya orang tua memastikannya tetap memberi rasa aman dengan memilih pengasuh yang sudah dikenal dan bisa diandalkan. Atau meninggalkannya bersama keluarga yang relasinya sudah dikenal baik oleh si bayi, seperti nenek-kakek, om-tante dan lainnya.
5. Ditelantarkan
Banyak bayi stres lantaran ditelantarkan. Bukan cuma bayi-bayi yang diajak ngamen di pinggir jalan saja lo yang masuk kategori ditelantarkan. Bayi-bayi yang sering ditinggal sendirian di kamar pun bisa jadi stres karenanya.
Pencegahan:
Sebaiknya hindari kondisi tersebut. Walaupun hanya sebentar, sebaiknya jangan tinggalkan bayi sendirian, sebab bukan tak mungkin pengalaman buruk tersebut sangat mengganggunya.
Penanganan:
Orang tua harus meyakinkan si bayi dari waktu ke waktu bahwa ada seseorang yang dapat memberinya rasa aman. Dengan cara ada orang yang selalu dapat membantu, entah dengan sekadar memeluk dan menenangkannya setiap kali ia butuh.
6. Genetik
Secara teori mungkin saja orang tua yang mudah stres akan menurunkan sifat itu pada anaknya. Artinya si bayi juga memiliki ambang stres yang rendah. Kondisi yang dirasa "tidak nyaman" dengan mudah akan membuatnya stres.
Pencegahan:
Bila disadari seperti ini kondisinya, mau tidak mau orang tua harus menciptakan kondisi yang tidak memicu stres buah hatinya.
Penanganan:
Selalu berikan ketenangan pada bayi. Ada terapi yang membuat seseorang merasa nyaman yaitu dengan ditepuk-tepuk punggung dan sekitar bahunya. Cobalah lakukan tiap kali bayi terlihat gelisah dan rewel.

MENGANGGAP DUNIA KEJAM

Setelah mengetahui kondisi apa saja yang mungkin membuat bayi stres, tugas orang tualah untuk menjauhkan si kecil dari kondisi semacam itu. "Tapi kalau bayi sudah telanjur menunjukkan gejala tersebut, jangan biarkan berlarut-larut. Sebab kalau sampai tidak tertangani dengan baik dampaknya bisa panjang," ujar Mayke, yaitu:
* Ke depan, anak akan sulit beradaptasi dengan orang lain.
* Sulit memasuki lingkungan baru.
* Selalu curiga dan tidak percaya pada orang lain.
* Bahkan bila kondisinya parah, ia akan menganggap dunia ini kejam terhadapnya.

TIPS MENGHADAPI BAYI STRES

Berikut beberapa hal yang disarankan Mayke sehubungan dengan stres pada bayi:
* Orang tua harus peka terhadap keadaan anaknya. Sekecil apa pun perubahannya harus segera diwaspadai.
* Cari tahu sampai dapat apa penyebab sesungguhnya sampai anak jadi rewel dan lebih sering menangis.
* Ada anak yang dikategorikan sebagai anak sulit yang juga kerap rewel, tetapi kondisi ini berbeda dari stres pada bayi. Stres pada bayi disertai beberapa faktor pendukung, misalnya jadi pendiam, tak lagi ceria, dan sebagainya.
* Bila penyebab stresnya adalah faktor dari luar dan bukan karena penyakit, orang tua harus berani mengambil tindakan tertentu, misalnya dengan tegas mengganti pengasuhnya.

WALAU IBU DI RUMAH BAYI BISA STRES

Jangan membayangkan kalau stres hanya akan dialami oleh bayi-bayi yang kedua orang tuanya bekerja. "Bayi yang setiap hari ditunggui ibunya pun mungkin saja mengalami stres," tandas Mayke. Bayi yang ditinggal orang tuanya bisa mengalami stres karena kehilangan rasa aman. Bedanya, bayi-bayi yang selalu ditunggui dan diberi perlindungan berlebihan jadi gampang stres karena rentan terhadap perubahan. "Karena di rumah ia merasa sangat aman, maka begitu berada di lingkungan baru ia lebih mudah stres," jelasnya.
Bayi-bayi seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang pencemas, kurang pergaulan, kurang percaya diri dan sebagainya. Meski begitu, mengingat faktor usia, kondisi tersebut masih sangat mungkin diperbaiki. "Dengan dilatih menghadapi berbagai situasi, anak jadi tidak mudah stres."

Indonesia Dijajah Tiga Setengah Abad : Sebuah Mitos?

Orang sering percaya kepada sesuatu karena banyak orang mempercayainya. Banyak orang bahkan tidak perlu memikirkan benar atau tidak tentang sesuatu yang dipercayai karena bnyak orang juga percaya. Demikian juga dengan pernyataan yang mengatakan bahwa Indonesia dijajah tiga setengah abad oleh Belanda.

Sering kita mendengar pernyataan yang mengatakan bahwa Indonesia dijajah selama tiga setengah abad oleh Belanda. Dari presiden sampai ketua RT selali mengatakan hal yang sama terutama pada momen peringatan hari kemerdekaan. Bahkan dalam teks resmi buku pelajaran sejarah dari tingkat SD sampai perguruan tinggi juga selalu ditulis bahwa Indonesia dijajah oleh Belanda selama tiga setengah abad.

Pernyataan itu perama kali dicetuskan oleh Ir. Soekarno, proklamator kita. Hal itu pada awalnya bertujuan untuk membangkitkan semangat bangsa Indonesia, agar bangkit dari keterpurukan, memberi penyadaran pada bangsa Indonesia bahwa hidup dijajah merupakan keterhinaan sehingga berani melawan Belanda dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

Akan tetapi, pernyataan itu ibarat pedang bermata dua, di satu sisi ungkapan tersebut ingin menunjukkan betapa kejamnya Belanda karena begitu lama menjajah Indonesia, di sisi lain justru menusuk harga diri kita sebagai suatu bangsa. Karena jika benar kita dijajah tiga setengah abad, hal itu menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang pasif, lemah dan bodoh. Bukankah bangsa yang dijajah sekian lama adalah bangsa yang seperti itu?

Pernyataan bahwa Indonesia dijajah selama tiga setengah abad tidak bisa dipertanggungjawabkan, bahkan cenderung bersifat hiperbola dan perlu diluruskan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar untuk mengoreksi pernyataan tersebut.



Penjajahan Membutuhkan Proses
Pernyatan bahwa Indonesia dijajah selama tiga setengah abad didasarkan pada saat kedatangan Cornelis de Houtman pada tahun 1596. pertanyaan kita sekarang apakah teoat kedatangan de Houtman yang hanya membawa armada sebanyak 4 kapal dan mendarat di Banten dijadikan dasar mulainya penjajahan Belanda di Indonesia? Apalagi kemudian Cornelis de Houtman diusir dari Banten karena bersifat arogan. Alangkah sederhana sekali dasar teori yang kita pakai apabila kita sepakat dengan teori tersebut karena dapat dikatakan Cornelis de Houtman tidak melakukan proses apapun baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun militer sebagai upaya penaklukan terhadap wilayah di nusantara. Dapat dikatakan dia hanya sempat mengagumi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Mungkin dia hanya sempat berfikir, “It’s a beautiful place” dan diusir pergi.

Hubungan antara Kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan VOC bersifat Simbiose Mutualisma dan Berorientasi Ekonomi
Setelah kegagalan Cornelis de Houtman lebih banyak lagi pedagang-pedagang Belanda yang mendarat di Nusantara, belajar dari pengalaman Cornelis de Houtman pedagang-pedagang Belanda memperbaiki sikapnya sehingga mereka bisa diterima oleh raja-raja pribumi. Puncak dari aktivitas perdagangan bangsa Belanda adalah ketika mereka membentuk sebuah organisasi dangan yang disebut VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) atau Serikat Perusahaan Hindia Timur pada tahun 1602.

VOC mulai membangun kekuasaannya pada tahun 1618 ketika Jan Pieterzoon Coen menjadi gubernur jenderal VOC di Batavia. Dengan hak-hak istimewa yang dimiliki seperti hak Octroi atau izin dagang, hak memiliki tentara dan menyatakan peran serta mencetak mata uang membuat VOC mampu melakukan ekspansi ke sebagian besar wilayah Nusantara. Akan tetapi perlu dipahami bahwa ekspansi VOC membutuhkan waktu yang sangat lama dan menghadapi perlawanan dari sebagian kerajaan di Nusantara. Contoh yang membuktikan bahwa VOC membutuhkan proses lama dalam menanamkan pengaruhnya di Nusantara adalah kerajaan Mataram, Mataram mengakui kekuasaan VOC baru tahun 1755 ketika mereka menandatangai Perjanjian Giyanti. Contoh lain adalah kerajaan Ternate, Ternate mengakui kekuasaan VOC pada tahun 1683. Di samping itu ketika VOC berkuasa masih banyak kerajaan-kerajaan di Nusantara yang masih berdaulat seperti Aceh, Sumatera Barat, NTT, sebagian Papua, Bali dan masih banyak lagi.

Perlu dipahami pula bahwa hubungan antara VOC dengan elit-elit politik pribumi seperti raja, sultan, dan sebagainya bersifat simbiose mutualisme yaitu hubungan yang saling menguntungkan baik secara ekonomi maupun politik. VOC memperoleh hak monopoli sementara para penguasa atau elit pribumi memperoleh dari kerja sama tersebut.

Harus diakui bahwa VOC juga berwatak seperti halnya aum penjajah lainnya, yaitu mengeksploitasi kekayaan alam, hal itu disebabkan karena VOC memang berorientasi pada kepentingan ekonomi. Akan tetapi justru karena orientasi ekonomi tersebutlah yang menyebabkan kurang berminat pada aspek politik, sosial, dan budaya. Hal itulah yang menyebabkan VOC hanya memusatkan perhatiannya pada kerajaan atau wilayah tertentu yang memiliki potensi ekonomi tinggi. Dengan demikian, banyak kerajaan di daerah pedalaman yang masih berdaulat penuh

Perlawanan Rakyat terhadap Pemerintah Kolonial Belanda
Ketika VOC akhirnya dibubarkan pada tahun 1799 akibat mengalami kebangkrutan, kekuasaan diambil alih oleh Pemerintah kolonial Belanda yang dikendalikan langsung dari Nederland. Berbeda dengan VOC yang berorientasi pada kepentingan ekonomi semata, Pemerintah Kolonial Belanda mempunyai kepentingan yang lebih luas yaitu menciptakan Pax Neerlandica yaitu persatuan kerajaan-kerajaan di Nusantara dalam satu hukum dan pemerintahan Kolonial Belanda.
Satu hal yang perlu diingat bahwa ketika peralihan kekuasaan itu terjadi, di wilayah Nusantara masih banyak kerajaan-kerajaan yang masih berdaulat seperti Aceh, Sumatera Barat, NTT, sebagian Papua, dan Bali. Ketika Belanda berusaha untuk mewujudkan Pax Neerlandica banyak kerajaan, terutama yang masih berdaulat melakukan perlawanan dengan hebat dan gagah berani.
Di Sumatera Belanda menghadapai perlawanan yang sangat hebat dari rakyat Aceh dan Minangkabau. Rakyat Aceh melakukan perlawanan yang gagah berani terhadap Belanda dan baru berhasil ditaklukkan Belanda pada 1904 ketika dipaksa menandatangani perjanjian Traktat Pendek. Sementara perlawanan rakyat Minangkabau berhasil dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1837.
Di Kalimantan, Bali dan Jawa Tengah Belanda juga mengalami perlawanan yang sama. Di Bali Belanda mendapat perlawanan sampai titik darah penghabisan dengan perang yang disebut Perang Puputan yaitu perlawanan sampai mati. Bali akhirnya menyerah pada tahun 1909 setelah selama 55 tahun melakukan perlawanan terhadap Belanda. Rakyat Banjar di Kalimantan Selatan juga melakukan perlawanan dan baru bisa dikalahkan Belanda pada tahun 1863. di Jawa Tengah, Pangeran Diponegoro juga melakukan perlawanan yang sangat heroik dari tahuan 1825 – 1830.

Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernyataan Indonesia dijajah selama tiga setengah abad adalah pernyataan yang tidak benar, karena tiap daerah di Indonesia mengalami proses penjajahan yang tidak sama waktunya. Di samping itu perlawanan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia menunjukkan bahwa daerahn seperti Aceh dan Bali baru dikuasai Belanda pada awal abad ke-20. Di samping itu sebagian kerajaan di Papua dan NTT berada di bawah administrasi pemerintah kolonial Belanda pada awal abad keduapuluh pula.

Prijobekti Prasetijo, S.Pd.
Guru SMA I Purworejo



Sumber : majalah KIPRAH volume 19 no.08 Agustus 2008

Rabu, 28 April 2010

Jika Bukan Pajak, Lalu Apa (Saja)?

"Pajak haram, zakat wajib"

"Boikot bayar pajak! Bayar zakat aja"

Itulah sebagian seruan beberapa orang menyusul terkuaknya apa yang disebut mafia perpajakan, megaskandal pajak, markus, dan sebagainya (versi media) yang ujung2nya ternyata generalisasi negatif pada aparat instansi tertentu (Polri, DJP). Tentang generalisasi tersebut biarlah dibahasa di lain waktu. Tetapi mengenai seruan zakat itu. Benarkah?? Seketika kita akan berpikir, "lho zakat kan untuk 8 golongan, bagaimana menggaji PNS dari uang zakat hla PNS bukan mustahiq zakat?". Adakah sumber lain selain Pajak? Ternyata ada.

Tak hanya itu, pajak yang diasosiasikan sebagai "jizyah" saja diharamkan (karena seharusnya hanya dikenakan kepada orang non muslim), tetapi ada juga lhoh yang namanya "dharibah". apa itu? Nah makanya baca dong. Yuk ini aku ketik ulang alias nyontek, sekedar mengutip dari tabloid Suara Islam :

=====

Memang benar bahwa dalam konsep keuangan Islam pajak bukanlah merupakan pos pendapatan utama sebuah negara. Pajak (dharibah) hanyalah pos darurat yang akan dipungut oleh negara kepada warga negara tertentu jika keuangan negara dalam kondisi kritis.


Ini merupakan kebalikan dari negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis, seperti Indonesia sekarang. Berdasarkan Nota Keuangan dan RAPBN 2010 yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan RI, rata-rata penerimaan dari sektor pajak tahun 2005 - 2008 adalah 67,8%, sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hanya 33,3% dari total penerimaan seluruhnya. Pada tahun 2009 penerimaan perpajakan berjumlah Rp.652,1 triliun, sementara PNBP hanya Rp. 219,5 triliun.

Sementara itu, jika kita bicara tentang sistem keuangan Islam mayoritas para ekonom maupun praktisi ekonomi Islam akan menjawab bahwa zakat (dengan berbagai ragamnya) adalah pos pendapatan yang utama. Tentu anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sebab selain zakat, bagi negara yang menerapkan syariah Islam secara kaffah, termasuk dalam sistem keuangannya, pos penerimaan Baitul Maal sangat banyak ragamnya. Abu Ubaid dalam kitab Al Amwal, menjelaskan secara gamblang pos-pos penerimaan negara dan alokasi pendistribusiannya. dalam kitab tersebut, Abu Ubaid menulis secara lengkap pos penerimaan negara dan alokasi pendistribusiannya seperti fai', khumus, kharaj, usyur, jizyah, ghanimah, dan tentu saja, zakat.

Penjelasan tentang pos penerimaan negara secara lengkap dan sistemastis diberikan oleh Abdul Qadim Zallum dalam kitabnya, Al Amwal fi Daulah Al Khilafah. Menurut Zallum, setidaknya terdapat 12 pos penerimaan tetap Baitul Maal. Ke-12 pos penerimaan tetap Baitul Maal itu adalah :

1. Anfal, Ghanimah, Fai', dan Khumus
Anfal dan Ghanimah bermakna sama. Ibnu Abbaz dan Mujahid ketika ditanya tentang anfal dalam ayat "mereka akan bertanya padamu (Muhammad) tentang anfal"(Q.S Al Anfal [08]:1) berpendapat bahwa anfal itu adalah ghanimah. Yang dimaksud dengan anfal dan ghanimah adalah segala sesuatu yang dikuasai oleh kaum muslim dari harta orang kafir melalui peperangan di medan perang. Harta tersebut bisa berupa uang, senjata, barang-barang dagangan, bahan pangan, dan lain-lain.

Fai' adalah segala sesuatu yang dikuasai oleh kaum muslim dari harta orang kafir tanpa pengerahan pasukan berkuda maupun unta, juga tanpa kesulitan serta tanpa melakukan peperangan. Hal ini pernah terjadi pada Bani Nadhir dan Fadak.

Sementara yang dimaksud khumus adalah seperlima bagian yang diambil dari ghanimah, sesuaidengan firman Allah SWT dalam QS. Al Anfal [08] : 41. Harta ini merupakan salah satu pos penerimaan Baitul Mal.

2. Kharaj
Kharaj adalah hak yang dikenakan atas lahan tanah yang telah dirampas dari tangan kaum kafir, baik melalui cara peperangan maupun perjanjian damai. Kharaj terbagi dua, kharaj 'unwah (paksaan) dan kharaj sulhi (damai).

3.Jizyah
Jizyah adalah hak yang Allah berikan kepada kaum muslim dari orang-orang kafir sebagai tanda tunduknya mereka kepada pemerintahan Islam.

4. Harta kepemilikan umum
harta milik umum (milkiyah ammah)adalah harta yang telah ditetapkan kepemilikannya oleh Allah bagi kaum muslim dan menjadikan harta tersebut sebagai milik bersama umat Islam. Individu-individu diperbolehkan untuk mengambil manfaat dari harta tersebut, tetapi tidak diperbolehkan memilikinya secara pribadi.

Harta kepemilikan umum mencakup tiga jenis, yaitu : (1). Sarana-sarana umum yang diperlukan oleh seluruh umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, padang rumput (hutan), dan api (sumber energi); (2). Harta-harta yang keadaan asalnya terlarang bagi individu untuk memilikinya, seperti jalan umum, kereta api, PAM, dsb. ; (3) Barang tambang (SDA) yang jumlahnya tidak terbatas, seperti tambang minyak bumi, gas alam, nikel, batu bara, emas, tembaga, uranium, dan sebagainya.

5. Harta milik negara yang berupa tanah, bangunan, sarana umum dan pendapatannya.

6.Harta 'Usyur
Usyur adalah hak kaum mislim yang diambil dari harta serta perdagangan ahlu dzimah dan penduduk darul harbi yang melewati perbatasan negara Khilafah.

7. Harta haram para penguasa dan pegawai negara, harta hasil kerja yang tidak diijinkan syara', serta harta yang diperoleh dari hasil tindakan curang lainnya. Yang termasuk dalam kategori ini adalah suap (risywah), hadiah/hibah, harta yang diperoleh dengan kesewenang-wenangan, hasil makelar dan komisi (gratifikasi) para penguasa dan aparat negara, korupsi (ikhtilas), dan denda.

8. Khumus (seperlima) barang temuan (rikaz) dan barang tambang

9. Harta yang tidak ada ahli warisnya dan harta kelebihan dari (sisa) pembagian waris

10. Harta orang-orang murtad

11.Pajak (dharibah)

12. Harta zakat


=====

Yak... ternyata tidak serta merta zakat itu pengganti Pajak. memang pada zaman Rasulullah setahu saya belum ada pungutan Pajak, melainkan mulai masa Khalifah Umar. Kisah lain yang cukup terkenal yaitu saat sultan Saifuddin dari Mesir membebaskan Palestina dalamperang Ain Jalut, sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan pasukan beliau memungut iuran dari rakyat ( = Pajak?) dan dikuatkan oleh fatwa ulama.

Kalo mengingat saat ini negara kita dalam keadaan krisis, maka Pajak (dharibah, bukan jizyah) tak ayal merupakan pilihan tepat tapi pahit untuk bertahan. Semoga kelak kita mengalami bahwa tidak (hanya) pajak yang menjadi tulang punggung anggaran, tetapi yang lain minimal 12 pos di atas. Amin