Minggu, 27 Oktober 2013

Pontianak dalam Kenangan


Sekedar mencoba upload file dalam hal ini foro zadul.. ini ketika masih penempatan di Pontianak, Kalimantan Barat.. Saya penempatan di sana medio 2005 s.d 2008, foto diambil sekitar Oktober 2005. Lokasinya di jalan Ahmad Yani II yang menghubungkan bandar udara Supadiao dengan kota Pontianak. Dari Bandara ke kota naik kendaraan sekitar setengah jam, melewati lahan-lahan pertanian yang luas. Waktu itu sih masih sepi, pastinya sekarang sudah ramai di kanan kiri jalan ya.

Walaupun fotonya Selamat Datang, tetapi saat ini sudah 'selamat tinggal' Kalimantan Barat...

Kembali Menulis Kembali Hidup

Ahahahai.. tersenyum kecil membaca blog sendiri, post terakhir adalah ketika kelahiran si bungsu. Dan itu sudah 2 tahun yang lalu! Sekarang anaknya sudah disapih, sudah lari-lari dan aktifnya minta ampun, main-main dengan mbak-mbaknya. Hla ke mana saja dua tahun ini blognya kosong?

Facebook dan twitter telah merenggut segalanya. Padahal, di Facebook, bisa juga menulis panjang lebar di status. Tetapi selama ini seakan terjebak, status hanya untuk guyonan, pendek gak jelas, atau bila tidak status (padahal tiap hari online) hanya jadi silent rader di mana-mana. Tak terasa dua tahun tanpa ada tulisan, sayang sekali..

Kesadaran seakan tersentak ketika kemarin membaca tentang peristiwa G30 S.. Lho kok bisa? Iya, jadi ceritanya ada teman menulis status facebook tentang siaran televisi ketika dia kecil. entah bagaimana nyambungnya ke siaran film Pengkhianatan G 30 S/PKI yang wajib tayang setahun sekali itu. Iseng googling tentang hal itu, banyak link yang menerangkan tentang serpihan bagian peristiwa itu; visum dokter forensik yang memeriksa jenazah para jenderal yang diculik. Tentu tidak akan dibahas di sini, yang jelas ada satu bagian di mana seorang dokter yang ketika Orde Baru tentu dilarang biacar, sedangkan waktu berjalan setelah era reformasi (seharusnya) sudah bisa biacara kebenaran tanpa takut dihilangkan atau bagaimana, tetapi apa daya waktu sudah membuat usianya lanjut dan jadilah tinggal beliau sebagai jompo yang tidak meninggalkan cerita apa-apa.

Terbayang semisal tidak dapat berbicara, tentu tulisan akan lebih berarti. Tidak harus saat ini juga seketika baru ditulis, tetapi bisa setahun lagi, dua tahun lagi, entah kapan sewaktu-waktu ada yang membaca dan bermanfaat tentu akan sangat berguna bahkan bilsa penulisnya sudah meninggal. Dari situ muncul juga keinginan menulis lagi.

Banyak sekali peristiwa yang terjadi dan bila dituliskan bisa panjang. Semoga sempat menuliskannya, dan yang jelas semoga bermanfaat. Insya Alloh

Teluk Betung 27-10-2013
arif s