Rabu, 12 Mei 2010

Laporan dari RAJ MBM

Mengakhiri kepengurusan Masjid Baitul Maal - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tahun 1430 - 1431 H / 2009-2010, diadakan Rapat Akbar Jamaah (RAJ) pada hari Sabtu (8/5/2010) kemarin. Agenda utama acara tersebut adalah penyampaian LPJ pengurus MBM, tausiyah, dan pemilihan Ketua MBM yang baru.

Acara yang sedianya dimulai pukul 15.30 ba'da shalat Ashar molor hampir satu jam dan baru dimulai pada pukul 16.20. Setelah pembukaan oleh MC dan tilawah, acara dilanjutkan dengan pembacaan executive summary LPJ pengurus MBM oleh Ketua MBM demisioner, pak Wahyu Hermawan. Mengapa LPJ yang disampaikan hanya summary alias ringkasannya saja? Karena waktu yang terbatas dan LPJ yang ratusan lembar dari berbagai bidang yang tidak memungkinkan dibaca semua, tentu saja. Hla kalo dibaca semua dijamin yang baca capek, yang denger bubar, hehe... Pada kesempatan tersebut pak Wahyu memberikan gambaran kerja yang sudah dilakukan oleh MBM, rencana dan realisasinya, serta hambatan-hambatan yang dialami oleh MBM dan sekilas kerja masing-masing bidang. Dari paparan tersebut dapat diketahui antara lain sebagian besar rencana kerja MBM sudah terealisasi dengan berbagai warna-warninya, hambatan-hambatan yang ada antara lain : kurangnya koordinasi internal dan eksternal, serta belum tertibnya administrasi di MBM. Pada kesempatan itu juga pak Wahyu menyampaikan program-program yang selama ini menjadi unggulan masing-masing bidang misalnya Kajian Rutin dan Mabit untuk bidang Dakwah, penerbitan Infomaru, tabloid Insan Kamil untuk bidang Infomed, dan sebagainya.



Setelah penyampaian LPJ sedianya acara dilanjutkan dengan taushiyah oleh ustadz Abu Yasir Kamino dengan tema "Pemuda Pemudi,Ayo Cintai Masjid!". Tetapi ustadz yang saat itu sudah berada di MBM mendadak ditelepon untuk acara yang lain sehingga terpaksa tausiyah dari beliau dibatalkan. Hal ini tidak begitu masalah karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.15, mungkin bila ada tausiyah justru terlalu mepet. Akhirnya acara dilanjutkan dengan pemilihan Ketua MBM yang baru, dipimpin oleh Sekjen MBM demisioner, pak Dani Sugiri.

Pemilihan Ketua di MBM menggunakan mekanisme tim formatur (dewan syuro'). Tim yang terbentuk inilah yang akan menentukan siapa Ketua MBM selanjutnya. Tim formatur yang terbentuk kemarin terdiri dari :
1. Ketua MBM demisioner, pak Wahyu Hermawan
2. Sekjen MBM demisioner, pak Dani Sugiri
3. Kepala Bidang Kaderisasi MBM demisioner, pak Dwi Hary Prasojo
4. Perwakilan tingkat 1, 2, 3, dan D IV (yang D IV pak Bastian Wiandany, yang lainnya saya lupa)
Tim formatur ini mengadakan syuro di ruang sekretariat MBM (sebelumnya diberi waktu 3 menit untuk menerima 'pesanan' dari jamaah, hehe...), sementara di ruang utama acara dilanjutkan dengan penganugerahan MBM Award kepada bidang-bidang dan individual jamaah MBM.

MBM Award kepada bidang-bidang di MBM diberikan sesuai 'prestasi' dan julukan masing-masing bidang, beberapa di antaranya yang saya ingat :
- Bidang Dakwah sebagai bidang tereksis
- Bidang Pendidikan sebagai bidang tercerdas
- Bidang Humas sebagai bidang terluyuran
- Bidang Keputrian sebagai bidang tersembunyi
- Setjen sebagai bidang tersok sibuk
- (lainnya lupa)
Selain kepada bidang-bidang di MBM, MBM Award juga diberikan kepada para jamaah secara individu atas prestasi mereka. Antara lain peraih IP tertinggi, anggota ma'had teraktif, sejenis itu lah... Acara berlangsung meriah dengan hadiah eksklusif yang diberikan (usut punya usut ternyata hadiahnya coklat dan wafer, hehehe...). Saat adzan magrib berkumandang penganugerahan MBM Award selesai sehingga tinggal menyisakan satu agenda lagi yaitu pengumuman Ketua MBM baru oleh tim formatur.

Bakda shalat magrib ketua tim formatur pak Dani Sugiri mengumumkan kepada jamaah ketua MBM yang baru untuk kepengurusan 1431-1432 H / 2010-2011 yang diamanatkan kepada pak Labib Mardiyanzah, mahasiswa D IV semester 7. semoga yang diberi amanat dapat menjalankan dengan sebaik-baiknya. Alhamdulillah dengan semikian selesai sudah rangkaian acara RAJ MBM 2010.Semoga bermanfaat.

Kamis, 06 Mei 2010

Rapat Akbar Jamaah - MBM 2010

RAJ (Rapat Akbar Jamaah) Masjid Baitul Maal -
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

MBM, sabtu 8 Mei 2010
Pukul 15.30 s.d 17.45

Agenda :
- LPJ Pengurus MBM 2009-2010
-Taushiyah oleh ust. Abu Yasir Kamino
-Pemilihan Ketua MBM yang Baru

Terbuka untuk Umum!
dapatkan souvenir kaos MBM (persediaan terbatas)




6 Tanda Bayi Stres

Tak hanya orang dewasa yang bisa stres, bayi pun mungkin saja mengalaminya. Kenali tanda-tandanya agar cepat dan tepat penanganannya.
Seorang ibu berkeluh kesah karena bayinya yang berusia 11 bulan kini setiap malam selalu rewel. Ia hanya menduga jangan-jangan penyebabnya adalah keputusannya kembali bekerja. "Tapi masa iya sih gara-gara ditinggal ngantor lagi anak saya jadi rewel banget? Padahal selama saya tinggal, dia kan diasuh babysitter berpengalaman yang saya ambil dari sebuah yayasan top," ujarnya.
"Stres pada bayi mungkin saja terjadi. Penyebabnya pun bisa bermacam-macam," kata Dra. Mayke S. Tedjasaputa, M.Si., staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. "Orang tualah yang harus peka dengan memperhatikan perubahan tingkah laku bayinya."
Memang tidak gampang mengenali stres pada bayi, meski tetap bisa dilakukan. "Dikatakan tidak gampang karena bayi masih berkomunikasi dengan cara menangis. Bisa saja orang tua menganggap wajar tangisan anaknya, padahal sebenarnya bayi tersebut sedang stres," papar pengasuh Rubrik Tanya Jawab Psikologi tabloid nakita ini.

Tanda-tanda Bayi Stres :

* Lebih rewel
Bayi menangis memang wajar. Tapi coba perhatikan frekuensi dan intensitas tangisannya. Kalau biasanya selama tidur ia tidak menangis kecuali ngompol atau haus, kini tiap malam jadi rewel. Bila dirasa tidak ada sesuatu yang secara "kasat mata" mengganggunya, bisa jadi ini merupakan tanda si kecil mengalami stres.

* Mimpi buruk
Tanda yang paling mudah dikenali adalah tidurnya terlihat gelisah. Bayi tentu saja belum bisa mengatakan bahwa ia mendapat mimpi buruk. Jadi, orang tualah yang harus mengenalinya. Selain gelisah, bisa jadi ia tiba-tiba terbangun dan menangis tapi bukan karena popoknya basah atau waktunya minum susu.
* Berat badan turun
Tanda lainnya yang harus diwaspadai adalah berat badannya yang menyusut.
* Tidak ceria lagi
Coba perhatikan bagaimana responsnya saat diajak bermain. Bayi-bayi yang mengalami stres, ketika diajak bermain terlihat lebih "dingin" alias tidak seceria biasanya.
* Lebih pendiam
Begitu pula bila diajak berkomunikasi. Bayi terlihat lebih pendiam dan tidak memberikan tanggapan seperti hari-hari sebelumnya.
* Tidak mau lepas
Waspadai juga kalau si kecil jadi tidak mau ditinggal. Yang sudah-sudah, tak masalah kalau ibunya "menghilang" sebentar, tapi kini tidak lagi. Maunya orang tuanya selalu ada di sisinya.

MUNGKIN SAKIT ATAU GENETIK
Banyak faktor yang melatarbelakangi stres pada bayi. Beda penyebab tentu beda pula cara pencegahan serta langkah penanganannya. Apa saja ya?
1. Sakit
Bayi yang sedang sakit mungkin saja mengalami stres. Itu terjadi karena ada sesuatu yang dirasakan tidak nyaman oleh tubuhnya. "Kalau orang dewasa dengan mudah mengeluhkan apa yang dirasakan, bayi belum bisa melakukannya," ungkap Mayke.
Pencegahan:
Tentu saja dengan mengoptimalkan kondisi tubuhnya. Kalau tubuh si kecil sehat tentu penyakit tidak gampang menyerang dan sekaligus menghindarkannya dari stres yang mungkin saja timbul. Itulah mengapa ASI yang mengandung zat kekebalan tubuh alami bagi bayi amat dianjurkan.
Penanganan:
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memberikan pengobatan secara medis dengan membawanya ke dokter. Saat rewel orang tua bisa memeluknya dan menenangkannya. Selain itu, untuk menghiburnya orang tua bisa mengajaknya bermain sesuai dengan kondisi fisik bayi saat itu.
2. Perubahan dari luar
Salah satu contoh perubahan dari luar yang dapat mengganggu fisik bayi adalah perubahan cuaca yang sangat drastis. Misalnya terlalu panas, terlalu dingin, atau sangat panas di malam hari tapi teramat dingin di malam hari. Kondisi tak menentu seperti ini bisa menjadi penyebab stres pada bayi.
Pencegahan
Kalau kondisi tersebut dirasa mengganggu bayinya, orang tua bisa mengantisipasi dengan menyediakan perlengkapan yang diperlukan, seperti jaket, selimut, AC, kipas angin, dan sebagainya.
Penanganan
Saat kondisinya terlalu dingin, orang tua bisa memberikan selimut tambahan. Kalau terlalu gerah bisa memasang kipas angin atau AC. Intinya segera atasi ketidaknyamanan tersebut sebelum berujung menjadi stres.
3. Perawatan tidak nyaman
Perawatan tidak nyaman mungkin saja didapat si kecil karena pergantian pengasuh. Misalnya, sebelum ini si bayi dirawat sendiri oleh ibu dan neneknya, kemudian karena dirasa sudah "pintar", posisi nenek digantikan babysitter. Biasanya ia disuapi neneknya dengan penuh kasih sayang, tapi kini digantikan oleh seseorang yang mungkin sekadar ingin tugasnya segera selesai. Perlakukan seperti ini pun bisa menyebabkan bayi stres.
Pencegahan:
Bayi tidak mungkin mengeluhkan keadaan tersebut. Jadi, tugas orang tualah untuk memastikan apakah si kecil mendapatkan perawatan yang baik dan nyaman atau tidak.
Penanganan:
Kalau memang faktor penyebabnya adalah perawatan pengasuh yang memang tidak nyaman, tidak ada jalan lain kecuali menggantinya. Bayi harus dihindarkan dari orang yang "menyiksanya". Langkah ini lebih baik daripada membiarkannya terus hingga akhirnya si kecil stres. Menjadi tugas orang tua jugalah untuk sekaligus mengembalikan rasa nyaman yang pernah didapat sebelumnya.
4. Perubahan tidak terduga
Seperti ilustrasi di atas, begitu ibu kembali bekerja, bayi pun bisa jadi bermasalah. Intinya adalah situasi yang berbeda dari biasanya yang menyebabkan ia "kehilangan" sesuatu yang membuatnya merasa aman dan nyaman selama ini.
Pencegahan:
Kalau memang diniatkan nantinya ibu kembali bekerja, ada baiknya persiapan dilakukan sedini mungkin. Siapa yang nanti akan mengasuhnya, bagaimana jadwal hariannya, dan sebagainya bisa didiskusikan dan dikenalkan jauh-jauh hari.
Penanganan:
Kalau memang bayi jadi stres karena adanya perubahan situasi yang tidak diduganya, sebaiknya orang tua memastikannya tetap memberi rasa aman dengan memilih pengasuh yang sudah dikenal dan bisa diandalkan. Atau meninggalkannya bersama keluarga yang relasinya sudah dikenal baik oleh si bayi, seperti nenek-kakek, om-tante dan lainnya.
5. Ditelantarkan
Banyak bayi stres lantaran ditelantarkan. Bukan cuma bayi-bayi yang diajak ngamen di pinggir jalan saja lo yang masuk kategori ditelantarkan. Bayi-bayi yang sering ditinggal sendirian di kamar pun bisa jadi stres karenanya.
Pencegahan:
Sebaiknya hindari kondisi tersebut. Walaupun hanya sebentar, sebaiknya jangan tinggalkan bayi sendirian, sebab bukan tak mungkin pengalaman buruk tersebut sangat mengganggunya.
Penanganan:
Orang tua harus meyakinkan si bayi dari waktu ke waktu bahwa ada seseorang yang dapat memberinya rasa aman. Dengan cara ada orang yang selalu dapat membantu, entah dengan sekadar memeluk dan menenangkannya setiap kali ia butuh.
6. Genetik
Secara teori mungkin saja orang tua yang mudah stres akan menurunkan sifat itu pada anaknya. Artinya si bayi juga memiliki ambang stres yang rendah. Kondisi yang dirasa "tidak nyaman" dengan mudah akan membuatnya stres.
Pencegahan:
Bila disadari seperti ini kondisinya, mau tidak mau orang tua harus menciptakan kondisi yang tidak memicu stres buah hatinya.
Penanganan:
Selalu berikan ketenangan pada bayi. Ada terapi yang membuat seseorang merasa nyaman yaitu dengan ditepuk-tepuk punggung dan sekitar bahunya. Cobalah lakukan tiap kali bayi terlihat gelisah dan rewel.

MENGANGGAP DUNIA KEJAM

Setelah mengetahui kondisi apa saja yang mungkin membuat bayi stres, tugas orang tualah untuk menjauhkan si kecil dari kondisi semacam itu. "Tapi kalau bayi sudah telanjur menunjukkan gejala tersebut, jangan biarkan berlarut-larut. Sebab kalau sampai tidak tertangani dengan baik dampaknya bisa panjang," ujar Mayke, yaitu:
* Ke depan, anak akan sulit beradaptasi dengan orang lain.
* Sulit memasuki lingkungan baru.
* Selalu curiga dan tidak percaya pada orang lain.
* Bahkan bila kondisinya parah, ia akan menganggap dunia ini kejam terhadapnya.

TIPS MENGHADAPI BAYI STRES

Berikut beberapa hal yang disarankan Mayke sehubungan dengan stres pada bayi:
* Orang tua harus peka terhadap keadaan anaknya. Sekecil apa pun perubahannya harus segera diwaspadai.
* Cari tahu sampai dapat apa penyebab sesungguhnya sampai anak jadi rewel dan lebih sering menangis.
* Ada anak yang dikategorikan sebagai anak sulit yang juga kerap rewel, tetapi kondisi ini berbeda dari stres pada bayi. Stres pada bayi disertai beberapa faktor pendukung, misalnya jadi pendiam, tak lagi ceria, dan sebagainya.
* Bila penyebab stresnya adalah faktor dari luar dan bukan karena penyakit, orang tua harus berani mengambil tindakan tertentu, misalnya dengan tegas mengganti pengasuhnya.

WALAU IBU DI RUMAH BAYI BISA STRES

Jangan membayangkan kalau stres hanya akan dialami oleh bayi-bayi yang kedua orang tuanya bekerja. "Bayi yang setiap hari ditunggui ibunya pun mungkin saja mengalami stres," tandas Mayke. Bayi yang ditinggal orang tuanya bisa mengalami stres karena kehilangan rasa aman. Bedanya, bayi-bayi yang selalu ditunggui dan diberi perlindungan berlebihan jadi gampang stres karena rentan terhadap perubahan. "Karena di rumah ia merasa sangat aman, maka begitu berada di lingkungan baru ia lebih mudah stres," jelasnya.
Bayi-bayi seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang pencemas, kurang pergaulan, kurang percaya diri dan sebagainya. Meski begitu, mengingat faktor usia, kondisi tersebut masih sangat mungkin diperbaiki. "Dengan dilatih menghadapi berbagai situasi, anak jadi tidak mudah stres."

Indonesia Dijajah Tiga Setengah Abad : Sebuah Mitos?

Orang sering percaya kepada sesuatu karena banyak orang mempercayainya. Banyak orang bahkan tidak perlu memikirkan benar atau tidak tentang sesuatu yang dipercayai karena bnyak orang juga percaya. Demikian juga dengan pernyataan yang mengatakan bahwa Indonesia dijajah tiga setengah abad oleh Belanda.

Sering kita mendengar pernyataan yang mengatakan bahwa Indonesia dijajah selama tiga setengah abad oleh Belanda. Dari presiden sampai ketua RT selali mengatakan hal yang sama terutama pada momen peringatan hari kemerdekaan. Bahkan dalam teks resmi buku pelajaran sejarah dari tingkat SD sampai perguruan tinggi juga selalu ditulis bahwa Indonesia dijajah oleh Belanda selama tiga setengah abad.

Pernyataan itu perama kali dicetuskan oleh Ir. Soekarno, proklamator kita. Hal itu pada awalnya bertujuan untuk membangkitkan semangat bangsa Indonesia, agar bangkit dari keterpurukan, memberi penyadaran pada bangsa Indonesia bahwa hidup dijajah merupakan keterhinaan sehingga berani melawan Belanda dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

Akan tetapi, pernyataan itu ibarat pedang bermata dua, di satu sisi ungkapan tersebut ingin menunjukkan betapa kejamnya Belanda karena begitu lama menjajah Indonesia, di sisi lain justru menusuk harga diri kita sebagai suatu bangsa. Karena jika benar kita dijajah tiga setengah abad, hal itu menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang pasif, lemah dan bodoh. Bukankah bangsa yang dijajah sekian lama adalah bangsa yang seperti itu?

Pernyataan bahwa Indonesia dijajah selama tiga setengah abad tidak bisa dipertanggungjawabkan, bahkan cenderung bersifat hiperbola dan perlu diluruskan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar untuk mengoreksi pernyataan tersebut.



Penjajahan Membutuhkan Proses
Pernyatan bahwa Indonesia dijajah selama tiga setengah abad didasarkan pada saat kedatangan Cornelis de Houtman pada tahun 1596. pertanyaan kita sekarang apakah teoat kedatangan de Houtman yang hanya membawa armada sebanyak 4 kapal dan mendarat di Banten dijadikan dasar mulainya penjajahan Belanda di Indonesia? Apalagi kemudian Cornelis de Houtman diusir dari Banten karena bersifat arogan. Alangkah sederhana sekali dasar teori yang kita pakai apabila kita sepakat dengan teori tersebut karena dapat dikatakan Cornelis de Houtman tidak melakukan proses apapun baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun militer sebagai upaya penaklukan terhadap wilayah di nusantara. Dapat dikatakan dia hanya sempat mengagumi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Mungkin dia hanya sempat berfikir, “It’s a beautiful place” dan diusir pergi.

Hubungan antara Kerajaan-kerajaan di Nusantara dengan VOC bersifat Simbiose Mutualisma dan Berorientasi Ekonomi
Setelah kegagalan Cornelis de Houtman lebih banyak lagi pedagang-pedagang Belanda yang mendarat di Nusantara, belajar dari pengalaman Cornelis de Houtman pedagang-pedagang Belanda memperbaiki sikapnya sehingga mereka bisa diterima oleh raja-raja pribumi. Puncak dari aktivitas perdagangan bangsa Belanda adalah ketika mereka membentuk sebuah organisasi dangan yang disebut VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) atau Serikat Perusahaan Hindia Timur pada tahun 1602.

VOC mulai membangun kekuasaannya pada tahun 1618 ketika Jan Pieterzoon Coen menjadi gubernur jenderal VOC di Batavia. Dengan hak-hak istimewa yang dimiliki seperti hak Octroi atau izin dagang, hak memiliki tentara dan menyatakan peran serta mencetak mata uang membuat VOC mampu melakukan ekspansi ke sebagian besar wilayah Nusantara. Akan tetapi perlu dipahami bahwa ekspansi VOC membutuhkan waktu yang sangat lama dan menghadapi perlawanan dari sebagian kerajaan di Nusantara. Contoh yang membuktikan bahwa VOC membutuhkan proses lama dalam menanamkan pengaruhnya di Nusantara adalah kerajaan Mataram, Mataram mengakui kekuasaan VOC baru tahun 1755 ketika mereka menandatangai Perjanjian Giyanti. Contoh lain adalah kerajaan Ternate, Ternate mengakui kekuasaan VOC pada tahun 1683. Di samping itu ketika VOC berkuasa masih banyak kerajaan-kerajaan di Nusantara yang masih berdaulat seperti Aceh, Sumatera Barat, NTT, sebagian Papua, Bali dan masih banyak lagi.

Perlu dipahami pula bahwa hubungan antara VOC dengan elit-elit politik pribumi seperti raja, sultan, dan sebagainya bersifat simbiose mutualisme yaitu hubungan yang saling menguntungkan baik secara ekonomi maupun politik. VOC memperoleh hak monopoli sementara para penguasa atau elit pribumi memperoleh dari kerja sama tersebut.

Harus diakui bahwa VOC juga berwatak seperti halnya aum penjajah lainnya, yaitu mengeksploitasi kekayaan alam, hal itu disebabkan karena VOC memang berorientasi pada kepentingan ekonomi. Akan tetapi justru karena orientasi ekonomi tersebutlah yang menyebabkan kurang berminat pada aspek politik, sosial, dan budaya. Hal itulah yang menyebabkan VOC hanya memusatkan perhatiannya pada kerajaan atau wilayah tertentu yang memiliki potensi ekonomi tinggi. Dengan demikian, banyak kerajaan di daerah pedalaman yang masih berdaulat penuh

Perlawanan Rakyat terhadap Pemerintah Kolonial Belanda
Ketika VOC akhirnya dibubarkan pada tahun 1799 akibat mengalami kebangkrutan, kekuasaan diambil alih oleh Pemerintah kolonial Belanda yang dikendalikan langsung dari Nederland. Berbeda dengan VOC yang berorientasi pada kepentingan ekonomi semata, Pemerintah Kolonial Belanda mempunyai kepentingan yang lebih luas yaitu menciptakan Pax Neerlandica yaitu persatuan kerajaan-kerajaan di Nusantara dalam satu hukum dan pemerintahan Kolonial Belanda.
Satu hal yang perlu diingat bahwa ketika peralihan kekuasaan itu terjadi, di wilayah Nusantara masih banyak kerajaan-kerajaan yang masih berdaulat seperti Aceh, Sumatera Barat, NTT, sebagian Papua, dan Bali. Ketika Belanda berusaha untuk mewujudkan Pax Neerlandica banyak kerajaan, terutama yang masih berdaulat melakukan perlawanan dengan hebat dan gagah berani.
Di Sumatera Belanda menghadapai perlawanan yang sangat hebat dari rakyat Aceh dan Minangkabau. Rakyat Aceh melakukan perlawanan yang gagah berani terhadap Belanda dan baru berhasil ditaklukkan Belanda pada 1904 ketika dipaksa menandatangani perjanjian Traktat Pendek. Sementara perlawanan rakyat Minangkabau berhasil dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1837.
Di Kalimantan, Bali dan Jawa Tengah Belanda juga mengalami perlawanan yang sama. Di Bali Belanda mendapat perlawanan sampai titik darah penghabisan dengan perang yang disebut Perang Puputan yaitu perlawanan sampai mati. Bali akhirnya menyerah pada tahun 1909 setelah selama 55 tahun melakukan perlawanan terhadap Belanda. Rakyat Banjar di Kalimantan Selatan juga melakukan perlawanan dan baru bisa dikalahkan Belanda pada tahun 1863. di Jawa Tengah, Pangeran Diponegoro juga melakukan perlawanan yang sangat heroik dari tahuan 1825 – 1830.

Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernyataan Indonesia dijajah selama tiga setengah abad adalah pernyataan yang tidak benar, karena tiap daerah di Indonesia mengalami proses penjajahan yang tidak sama waktunya. Di samping itu perlawanan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia menunjukkan bahwa daerahn seperti Aceh dan Bali baru dikuasai Belanda pada awal abad ke-20. Di samping itu sebagian kerajaan di Papua dan NTT berada di bawah administrasi pemerintah kolonial Belanda pada awal abad keduapuluh pula.

Prijobekti Prasetijo, S.Pd.
Guru SMA I Purworejo



Sumber : majalah KIPRAH volume 19 no.08 Agustus 2008