Minggu, 18 September 2011

Dari Kampung ke Lampung - part 1 : Transportasi

Sebelumnya maaf karena tiba-tiba langsung cerita tentang perjalanan ke Lampung saja. Ini semacam ketidakteraturan dalam hidup, ya, saya jarang update blog (silakan salahkan Facebook dan Twitter ya! hehe). Semoga bermanfaat.

Perjalanan ke Lampung sebenarnya bisa lebih mudah dan  efisien dari kampung saya di Purworejo/Kebumen dengan bis malam. Yang recommended (karena bapak dan mertua pernah naik dan puas) adalah bis 'Putra Remaja'. Dari kampung berangkat sekitar pukul 18.00 atau magrib, lah. Sampai ke Jakarta terus langsung ke Merak subuh. Dari sana penyeberangan ke Bakaheuni kurang lebih 2 jam. Dari Bakaheuni ke Lampung 2 jam juga. Sampai Bandar Lampung sekitar pukul 10 pagi lah. Itu sudah praktis hanya membayar satu kali langsung sampai tujuan. Dapat makan satu kali, tempatnya enak, bersih. Bisnya juga enak, bersih, ACnya sejuk, dan (menurut ibu mertua saya) 'satu bis kursinya cuma sedikit!'. Tiket sekitar 150 ribu sampai dengan 200 ribu rupiah.

Nah lucunya pilihan ngebis langsung dari kampung itu entah mengapa sama sekali tidak terpikirkan oleh saya! Ceritanya, ketika tahu dapat penempatan di sana, oleh teman-teman saya di kantor pusat saya dijejali alternatif lain transport ke sana. Ini praktis juga, hanya dari Jakarta. Kata teman saya, dari kampung naik kereta api ke Jakarta. Dari Jakarta, paling mudah naik bis DAMRI dari Gambir. Bis ini langsung ke Bandarlampung, bayar sekali sampai tujuan. Sungguh hanya itu yang saya pikrkan pada awalnya. Ditambah lagi, teman saya yang pernah di Lampung mengingatkan saya agar jangan 'ngeteng' alias naik bis pindah-pindah dan jangan pernah mencoba masuk terminal Rajabasa. Konon, bila pertama kali ke sana maka akan terjadi hal yang menyedihkan; ditarik-tarik dan sebagainya. Mengerikan lah, tidak terbayang oleh saya bila bernasib buruk seperti itu. Jadi mindset tentang DAMRI iru begitu kuat tertanam dalam benak saya! hehe.. Karcis dari Gambir sampai Bandar Lampung sekitar 150 rupiah.

Nah ada teman saya mengusulkan alternatif lain, tapi lucunya ini juga mindsetnya masih dari Jakarta. Jadi dari kampung naik kereta ke Jakarta, kemudian dari Jakarta..naik pesawat! Kata teman ini, "yang naik bis itu cuma mahasiswa, bukan pegawai!" (kelak saya tahu pendapat ini tidak benar). Bahkan dia menawarkan membelikan saya tiket Jakarta-Bandar Lampung. Wah, dasar anak STAN, ada gratisan langsung aja disamber, hehe.. Akhirnya saya memakai alternatif transportasi dari teman ini. Pada tanggal 16 September, hari Jumat, saya terbang dari Bandara Internasional Soekarno Hatta - Jakarta ke Bandara Radin Intan II, Lampung setelah sebelumnya naik kereta dari Kutoarjo ke Jakarta. Tiketnya murah, 283 ribu rupiah saja. Tetapi penerbangannya pun cukup singkat, hanya 20 menit.. *_^

Sesampainya di sini, saya mengetahui bahwa pendapat mengenai naik bis itu mahasiswa menurut teman saya adalah tidak benar sama sekali. Ternyata banyak rekan  di kantor yang PJKA alias Pulang Jumat Kembali Ahad. Mereka ini rumahnya di Jakarta, Bekasi, pokoknya Jabotabek lah, di Bandar Lampung mereka ngekos atau kontrak rumah. Jumat sore, pulang ke Jakarta ya naik bis itu. Dari kantor biasanya dijemput pake travel sampai Bakaheuni (jika naik bis, pool bisnya kejauhan dari kantor). Dari sana nyeberang sendiri, maksudnya turun kemudian cari tiket sendiri begitu. Setelah menyeberang ke Merak, naik bis ke tujuan masing-masing. Ternyata alternatif ini (yang juga mematahkan pendaat mengenai ngeteng yang mengerikan tadi) lebih mudah, fleksibel, dan murah. Pokoknya total sampai Jakarta hanya habis 70 - 75 ribu rupiah saja. Bila untuk bolak-balik masih lebih murah daripada naik DAMRI sekali jalan, kan? Mungkin suatu saat saya akan mencobanya..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar